Pendidikan merupakan
suatu proses pemanusiaan manusia muda atau proses pengangkatan manusia muda ke
taraf insani. Karena esensi pendidikan adalah memanusiakan manusia, maka muncul
pertanyaan: Pendidikan seperti apakah yang dapat dikatakan ideal? Apakah
pendidikan itu sendiri telah memanusiakan manusia? Bagaimana dengan sistem dan
proses pendidikan? Apakah pendidikan itu sendiri dapat menghantar manusia untuk
melaksanakan tugas hidupnya dengan bertanggunjawab?
Untuk mengetahui
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas maka kita perlu ketahui sedikit pemikiran
Johann Frederich Herbart (1776-1841) terutama tentang pendidikan (selain
konsepnya tentang manusia) untuk mendasari pemahaman tentang pendidikan
sekaligus kritik/refleksi filosofis atasnya.
Konsep Pemikiran Johann
Frederich Herbart
Dalam konsep
pendidikan yang dikemukakan Herbart, Pendidikan didasari atas suatu pemahaman
dari proses mental atau perhatian psikologi. Menurutnya, psikologi dan filsafat
moral dapat diibaratkan sebagai suatu mata rantai yang saling berhubungan.
Dalam pendidikan perlu penyaluran perkembangan psikologi pribadi (revolusi
kultur manusia) dari kehidupan primitif menuju ke kehidupan yang lebih beradab.
Maka dari itu, tujuan utama dari pendidikan yaitu membangun karakter manusia.
Herbart menekankan
pendidikan berdasarkan pada filsafat dan pengalaman. Dia mengatakan bahwa untuk
filsafat dan teori-teori pendidikan sangat diperlukan untuk memahami kenyataan
hidup. Teori pendidikan bukan hanya menunjuk pada sekolah dasar saja tetapi
juga pada pendidikan secara keseluruhan.
1.
Hakikat Pendidikan
Adapun mengajar
ide-ide materi memberi latihan kepada seseorang untuk membangun perasaan dan
keingintahuannya merupakan bagian dari pembentukan personalitas. Hal inilah
yang harus diajarkan oleh seorang guru. Karena itu, pendidikan tidak hanya bertujuan
untuk mencerdaskan seseorang tetapi pendidikan juga bertujuan untuk mengupayakan
pembentukan personalitas orang tersebut.
2.
Kurikulum Inti
Menurut Herbart
manusia lebih mudah didekati dari segi pengetahuan ketimbang segi moral. Dalam
pendidikan dibutuhkan instruksi pendidikan yang bergantung pada sistem
partikal. Maka dari itu, dalam hal ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni
intensitas, urutan dan unifikasi dari upaya-upaya intelektual. Artinya,
terbentuknya tahap pengetahuan karena berawal dari ketertarikan. Ketertarikan
itu berarti bukan hanya tertarik pada subyek partikular tetapi banyak efek lain
yang melampaui subyek itu. Ketertarikan lebih menunjuk kepada aktifitas pribadi
seseorang. Dalam hal ini terdapat dua macam ketertarikan yaitu ketertarikan
pengetahuan dan ketertarikan etika. Ketertarikan pengetahuan bersifat empirik
yakni tertarik pada fakta-fakta yang didatangkan dari rasa ingin tahu yang
dalam. Ketertarikan pengetahuan juga bersifat spekulatif dan estetis.
Ketertarikan yang bersifat spekulatif dapat diartikan tertarik pada hukum-hukum
umum dan logika. Sedangkan yang bersifat estetis artinya tertarik pada
kontemplasi dan hal-hal yang menarik, indah. Sedangkan ketertarikan etika
bersifat simpatik, sosial, dan religius. Bersifat simpatik dapat diartikan tertarik
kepada seseorang yang sifatnya pribadi. Ketertarikan etika yang bersifat sosial
artinya tertarik pada kehidupan nasional, terutama dalam kehidupan
berorganisasi. Sedangkan yang bersifat religius maksudnya adalah tertarik
kepada Sang Ilahi, Tuhan Yang Maha Esa.
Bagi Herbart, kurikulum tersebut memberikan efek samping,
diantaranya dapat mendatangkan fondasi yang kuat.
3.
Metode Pendidikan
Metode pendidikan
yang dipakai oleh Herbart adalah metode aplikatif. Metode aplikatif yaitu
adanya evaluasi atau tes dengan melihat fakta-fakta yang ada di dalamnya. Akan
tetapi, untuk mencapai aplikasi diperlukan langkah-langkah formal, yang oleh
hukum Herbartian ditemukan lima langkah formal, yakni persiapan, presentasi,
asosiasi, kondensasi dan aplikasi.
Adapun perincian
langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1)
ide atau informasi yang hendak diajarkan
diperkenalkan kepada siswa haruslah dipersiapkan agar dapat dipahami secara
jelas (persiapan)
2)
ide yang diperkenalkan haruslah menarik dan
dapat diikuti oleh para siswa (presentasi)
3)
melalui perbandingan semua asosiasi harus
dieliminasi agar ide-ide dapat diberikan secara penuh dalam suatu garis
pemikiran (asosiasi)
4)
ide-ide yang telah disatukan haruslah terfokus
dalam satu urutan pemikiran (kondensasi) dan
5)
untuk menguatkan ide-ide yang telah terikat para
siswa harus dituntun menuju penerapan ide ke dalam situasi yang baru
(aplikasi).
Kesimpulannya,
manusia yang mengalami proses pendidikan adalah makhluk yang sekaligus individu
dan sosial. Ia adalah individu yang otonom dalam kebersamaan dengan yang lain.
Maka dari itu pendidikan mengemban tugas besar yakni, menuntun, membimbing dan
menyadarkan manusia sebagai pribadi yang otonom dalam menentuikan diri sendiri
serentak pula mengantar setiap individu menjadi makhluk sosial yang bisa hidup
harmonis bersama orang lain.
Pendidikan sangat
penting karena dapat mengantar setiap orang kepada pemahaman yang benar akan
makna hidup. Karena itu misi pendidikan bersifat universal, tanpa dibatasi oleh
perlbagai kepentin dan pribadi atau golongan. Pendidikan hadir untuk membentuk
kepribadian manusia yang matang dan integral. Kepribadian yang matang berarti
mampu menentukan diri sendiri secara bebas dan bertanggungjawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar