WELCOME TO MY BLOG

WELCOME TO MY BLOG :) SELAMAT MEMBACA :)

Sabtu, 22 Februari 2014

PENDIDIKAN SEBAGAI SARANA PENDEWASAAN DAN PEMANUSIAAN MANUSIA

Pendidikan merupakan suatu proses pemanusiaan manusia muda atau proses pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Karena esensi pendidikan adalah memanusiakan manusia, maka muncul pertanyaan: Pendidikan seperti apakah yang dapat dikatakan ideal? Apakah pendidikan itu sendiri telah memanusiakan manusia? Bagaimana dengan sistem dan proses pendidikan? Apakah pendidikan itu sendiri dapat menghantar manusia untuk melaksanakan tugas hidupnya dengan bertanggunjawab?
Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas maka kita perlu ketahui sedikit pemikiran Johann Frederich Herbart (1776-1841) terutama tentang pendidikan (selain konsepnya tentang manusia) untuk mendasari pemahaman tentang pendidikan sekaligus kritik/refleksi filosofis atasnya.

Konsep Pemikiran Johann Frederich Herbart
Dalam konsep pendidikan yang dikemukakan Herbart, Pendidikan didasari atas suatu pemahaman dari proses mental atau perhatian psikologi. Menurutnya, psikologi dan filsafat moral dapat diibaratkan sebagai suatu mata rantai yang saling berhubungan. Dalam pendidikan perlu penyaluran perkembangan psikologi pribadi (revolusi kultur manusia) dari kehidupan primitif menuju ke kehidupan yang lebih beradab. Maka dari itu, tujuan utama dari pendidikan yaitu membangun karakter manusia.
Herbart menekankan pendidikan berdasarkan pada filsafat dan pengalaman. Dia mengatakan bahwa untuk filsafat dan teori-teori pendidikan sangat diperlukan untuk memahami kenyataan hidup. Teori pendidikan bukan hanya menunjuk pada sekolah dasar saja tetapi juga pada pendidikan secara keseluruhan.
1.       Hakikat Pendidikan
Adapun mengajar ide-ide materi memberi latihan kepada seseorang untuk membangun perasaan dan keingintahuannya merupakan bagian dari pembentukan personalitas. Hal inilah yang harus diajarkan oleh seorang guru. Karena itu, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan seseorang tetapi pendidikan juga bertujuan untuk mengupayakan pembentukan personalitas orang tersebut.
2.       Kurikulum Inti
Menurut Herbart manusia lebih mudah didekati dari segi pengetahuan ketimbang segi moral. Dalam pendidikan dibutuhkan instruksi pendidikan yang bergantung pada sistem partikal. Maka dari itu, dalam hal ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni intensitas, urutan dan unifikasi dari upaya-upaya intelektual. Artinya, terbentuknya tahap pengetahuan karena berawal dari ketertarikan. Ketertarikan itu berarti bukan hanya tertarik pada subyek partikular tetapi banyak efek lain yang melampaui subyek itu. Ketertarikan lebih menunjuk kepada aktifitas pribadi seseorang. Dalam hal ini terdapat dua macam ketertarikan yaitu ketertarikan pengetahuan dan ketertarikan etika. Ketertarikan pengetahuan bersifat empirik yakni tertarik pada fakta-fakta yang didatangkan dari rasa ingin tahu yang dalam. Ketertarikan pengetahuan juga bersifat spekulatif dan estetis. Ketertarikan yang bersifat spekulatif dapat diartikan tertarik pada hukum-hukum umum dan logika. Sedangkan yang bersifat estetis artinya tertarik pada kontemplasi dan hal-hal yang menarik, indah. Sedangkan ketertarikan etika bersifat simpatik, sosial, dan religius. Bersifat simpatik dapat diartikan tertarik kepada seseorang yang sifatnya pribadi. Ketertarikan etika yang bersifat sosial artinya tertarik pada kehidupan nasional, terutama dalam kehidupan berorganisasi. Sedangkan yang bersifat religius maksudnya adalah tertarik kepada Sang Ilahi, Tuhan Yang Maha Esa.
Bagi Herbart,  kurikulum tersebut memberikan efek samping, diantaranya dapat mendatangkan fondasi yang kuat.
3.       Metode Pendidikan
Metode pendidikan yang dipakai oleh Herbart adalah metode aplikatif. Metode aplikatif yaitu adanya evaluasi atau tes dengan melihat fakta-fakta yang ada di dalamnya. Akan tetapi, untuk mencapai aplikasi diperlukan langkah-langkah formal, yang oleh hukum Herbartian ditemukan lima langkah formal, yakni persiapan, presentasi, asosiasi, kondensasi dan aplikasi.
Adapun perincian langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1)      ide atau informasi yang hendak diajarkan diperkenalkan kepada siswa haruslah dipersiapkan agar dapat dipahami secara jelas (persiapan)
2)      ide yang diperkenalkan haruslah menarik dan dapat diikuti oleh para siswa (presentasi)
3)      melalui perbandingan semua asosiasi harus dieliminasi agar ide-ide dapat diberikan secara penuh dalam suatu garis pemikiran (asosiasi)
4)      ide-ide yang telah disatukan haruslah terfokus dalam satu urutan pemikiran (kondensasi) dan
5)      untuk menguatkan ide-ide yang telah terikat para siswa harus dituntun menuju penerapan ide ke dalam situasi yang baru (aplikasi).
Kesimpulannya, manusia yang mengalami proses pendidikan adalah makhluk yang sekaligus individu dan sosial. Ia adalah individu yang otonom dalam kebersamaan dengan yang lain. Maka dari itu pendidikan mengemban tugas besar yakni, menuntun, membimbing dan menyadarkan manusia sebagai pribadi yang otonom dalam menentuikan diri sendiri serentak pula mengantar setiap individu menjadi makhluk sosial yang bisa hidup harmonis bersama orang lain.

Pendidikan sangat penting karena dapat mengantar setiap orang kepada pemahaman yang benar akan makna hidup. Karena itu misi pendidikan bersifat universal, tanpa dibatasi oleh perlbagai kepentin dan pribadi atau golongan. Pendidikan hadir untuk membentuk kepribadian manusia yang matang dan integral. Kepribadian yang matang berarti mampu menentukan diri sendiri secara bebas dan bertanggungjawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar